RUMAH KEBERAGAMAN
Memahami Pluralisme
Adalah sebuah
takdir, bahwa Indonesia adalah negara yang plural atau majemuk. Sebuah negara
yang menjadi rumah besar dari beragam suku bangsa, budaya, serta agama dan
bahasa. Mereka hidup berdampingan di ribuan pulau-pulau indah dan subur yang
terbentang luas dari sabang sampai merauke.
Pluralisme itu
sendiri adalah suatu faham atas keberagaman, faham yang lahir dari keberagaman
latar belakang dan pemikiran dengan tujuan mencapai suatu kepentingan bersama,
dan menyatukan keberagaman tanpa suatu konflik.
Sejak jaman
nenek moyang, kekayaan alam nusantara telah menarik jutaan pendatang dari
berbagai bangsa-bangsa di dunia. Selama ratusan tahun mereka datang dengan
membawa budaya masing-masing yang kemudian menyatu secara berkesinambungan
dengan budaya local. Percampuran antar budaya ini berhasil melahirkan suatu
kebiasaan baru yang ahirnya membentuk suatu budaya tersendiri. Sebuah budaya
yang khas dan unik yang tidak terdapat di belahan negara lain, seperti yang biasa
kita jumpai sampai saat ini dalam bentuk makanan, busana tradisional, bahasa,
serta keragaman kearifan lokal dll. Selain menciptakan suatu budaya baru, keberagaman
juga menghasilkan sikap toleran dan pluralisme pada masyarakat kita. Salah satu
bukti bahwa makna dari semboyan Bhineka
Tunggal Ika sebenarnya sudah ada dan aktif dilakukan oleh nenek moyang kita
sejak dulu.
Sejarah Kemerdekaan
Sejarah perjuangan
bangsa kita telah mencatat, bahwa para pahlawan bersatu padu berjuang mengusir
penjajah tanpa memandang suku, budaya dan agama. Sebuah perjuangan dari sikap
yang tak hanya toleran, tapi juga menyingkirkan jauh-jauh perbedaan dan bersatu
berjuang untuk suatu tujuan bersama dan cita-cita yang mulia.
Didasari oleh
sikap bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa, para pendahulu kita tergerak
dan memperjuangkan apa yang sudah menjadi hak semua umat manusia. Dengan rasa
cinta yang besar pada tanah air dan cita-cita yang tinggi untuk meraih
kemerdekaan, tanpa memandang suku, bahasa, warna kulit dan agama, para pemuda
dari berbagai suku bangsa di nusantara berikrar untuk mempererat persatuan dan
perjuangan.
Peristiwa bersejarah
yang terjadi pada tahun 1928, yang di kenal sebagai Sumpah Pemuda. Sebuah peristiwa besar yang menandakan pentingnya
makna dari pluralisme diantara takdir keberagaman yang ada di nusantara.
Pluralisme dapat membantu terwujudnya cinta tanah air dan persatuan, dan dengan
persatuanlah mereka bisa berjuang meraih kemerdekaan.
Isu & Polemik
Ada beberapa
jenis pluralisme, diantaranya budaya, sosial dan agama. Di Indonesia, persoalan
pluralisme adalah isu-isu yang cukup banyak mengundang kontroversi. Yang paling
sering muncul adalah ketika menyangkut persoalan tentang pluralisme agama.
Kontroversi itu
terjadi salah satunya adalah karena kesalahpahaman dalam memahami arti pluralisme.
Masih ada anggapan bahwa pluralisme dalam agama berarti mengakui kebenaran
agama lain, dan beberapa malah menganggap bahwa pluralisme adalah pengaruh budaya
barat dan gerakan rahasia kaum kapitalis dalam menghancurkan nilai-nilai agama.
Sering kita
lihat beberapa kelompok yang mengatas namakan agama sangat vocal terhadap
sesama hanya karena berbeda pada suatu pendapat tertentu. Kelompok ini menganggap
bahwa pandangan merekalah yang paling benar, dan kebenaran yang mereka yakini
adalah kebenaran yang mutlak. Mereka sangat gencar mengkampanyekan pandangan versi
mereka, mengumpulkan perbedaan dan membangun tembok beton yang tinggi.
Mereka juga
ingin menggantikan kearifan lokal dengan budaya bangsa lain yang mereka anggap
lebih agamis. Bukan hal yang tabu bagi mereka untuk mengeluarkan kata-kata yang
sebenarnya tidak patut dikeluarkan oleh seseorang yang mengaku memahami
nilai-nilai agama. Kata-kata seperti, sesat, kafir dan kalimat-kalimat
provokatif sering ditujukan pada kelompok yang mempunyai pendapat yang berbeda,
seolah-olah ini adalah satu-satunya cara untuk membela agama dan meningkatkan kadar
keimanan mereka. Kepada umat agama lain, mereka juga ingin dianggap lebih
superior hanya karena jumlahnya mereka yang menjadikannya kaum mayoritas.
Beberapa
kesalahpahaman dan polemic yang terjadi di masyarakat sebenarnya bisa dihindari
dengan cara berfikir yang terbuka dan luas. Dengan berfikir secara terbuka kita
akan mampu melihat persoalan dari berbagai sudut pandang, dan membuka
pengertian pada ide-ide baru, sehingga kita bisa memahami suatu persoalan dari berbagai
sudut pandang termasuk dari sudut pandang mereka yang berfikir berbeda dengan
kita.
Namun tentu saja
tidak semua orang ditakdirkan dapat memahami pemikiran satu sama lain dengan
mudah. Diperlukan sebuah usaha dari diri sendiri agar mempunyai pemikiran yang
terbuka. Juga diperlukan sebuah dialog untuk mempertemukan keberagaman
pandangan. Dialog yang kita butuhkan bukanlah dialog untuk mencari siapa yang
benar dan siapa yang salah, atau untuk saling menggali kekurangan. Percayalah
dialog seperti ini hanya akan membuang-buang waktu dan tak akan pernah berahir
sampai kapanpun.
Lalu dialog
yang seperti apa yang dibutuhkan? sebuah dialog yang berkualitas tinggi untuk
memahami bahwa, ada pendapat lain diluar sana yang diyakini sebagai suatu
kebenaran oleh kelompok tertentu. Pendapat mereka itulah yang kita hormati
telepas dari setuju atau tidaknya dengan pendapat itu. Dan tentu saja
menghormati pendapat mereka BUKAN berarti meyakini keyakinan mereka, karena
menghormati dan meyakini ini adalah dua hal yang sangat berbeda dan tidak
berhubungan sama sekali.
Pendukung Pluralisme
Disadari oleh
pentingnya pluralisme dalam merajut persatuan dan kemajuan bangsa serta
tantangan di era globalisasi ini, beberapa tokoh ini sering membahas pluralisme
dalam setiap pidatonya. Para tokoh ini terkenal sebagai pendukung aktif dan
semangat mendorong terciptanya pluralisme di Indonesia.
Gus Dur
Seorang ulama
dan mantan priseden RI ini dikenal sebagai bapak pluralisme Indonesia. Tentang
pluralisme agama, beliau berpendapat bahwa dirinya tidak setuju terhadap
seorang muslim yang menyatakan bahwa semua agama itu benar seperti kebenaran
agamanya. Dalam hal ini beliau lebih suka mengatakan bahwa semua agama
mengajarkan kebaikan dan kebenaran sesuai keyakinannya. Dalam memahami hal
ketuhanan beliau bisa disebut “intoleransi” namun dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara beliau menunjukan sikap yang sangat menghormati dan melindungi setiap
warga negara. Beliau sering memberi contoh bagaimana harus bersikap dan
berinteraksi dengan umat agama lain dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
tanpa kehilangan identitas dirinya. Beliau menununjukan perbedaan yang jelas
antara wilayah pribadi dan mana wilayah publik.
Presiden Jokowi
Dalam setiap
pidatonya beliau selalu menyinggung tetang agama, demokrasi dan toleransi,
bahwa ketiganya bisa berjalan secara berdampingan. Beliau meyakini bahwa agama merupakan
karunia bagi umat manusia dan semesta alam, dan demokrasi membawa kehendak
rakyat untuk kebaikan seluruh umat, sedangkan toleransi diperlukan karena kita semua
berbeda. Beliau juga selalu menekankan bahwa radikalisme agama dan rasisme
adalah isu pluralisme yang ada pada suatu bangsa.
Dr. Quraish Shihab
Dalam khutbah
Idul Fitri baru-baru ini di masjid istiqlal, beliau menekankan arti pentingnya
persatuan. Salah satu hal penting yang beliau katakan adalah bahwa "Kita sepakat untuk berbhinneka tunggal
ika dan menyadari Islam tidak melarang kita berkelompok dan berbeda beda, yang
dilarangnya adalah berkelompok dan berselisih”. Beliau juga menjelaskan bahwa
cinta tanah air adalah fitrah manusia.
Barrack Obama
Mantan presiden
Amerika ke 44 ini adalah salah satu orang yang sangat mencintai dan peduli pada
Indonesia. Dalam pidatonya baru-baru ini di kongres Diaspora ke-4 di Jakarta,
beliau menekankan tentang pentingnya pluralisme dalam globalisasi, dan mengajak
masyarakat Indonesia untuk mengatasi intoleransi serta aktif dalam mendukung
terciptanya iklim demokrasi yang kondusif di Indonesia.
Aksi Masyarakat
Kesadaran
tentang pentingnya pluralisme yang selalu disampaikan oleh tokoh-tokoh penting,
telah membangkitkan kesadaran pada masyarakat kita. Mereka melakukan aksi-aksi
nyata yang patut diberikan apresiasi.
Masih ingat saat
Hari Raya Idul Fitri kemarin, beberapa tempat ibadah agama lain merelakan
sebagian tempatnya bahkan menjadwal ulang kegiatan ibadahnya hanya karena ingin
memberikan rasa nyaman pada kaum muslim yang ingin melaksanakan sholat Eid.
Begitu juga sebaliknya, pada waktu Natal, beberapa organisasi muslim akan
menjaga tempat ibadah mereka, dan memastikan agar mereka bisa beribadah dengan
tenang tanpa ada gangguan.
Beberapa waktu
lalu di bandung dan jakarta, salah satu organisasi mengadakan tour kunjungan ke
tempat ibadah untuk anak-anak. Kegiatan ini adalah salah satu cara yang cukup
efektif untuk mengenalkan kemajemukan bangsa Indonesia dan menumbuhkan sifat
toleransi sejak dini.
Tak cuma di
negara kita, contoh yang baik bisa dilihat di Kuwait, negara dimana saya
tinggal sekarang. Saya sering memperhatikan, ternyata pemerintah negara ini banyak
membangun masjid dari sekte yang berbeda secara berdekatan, saling
berhadap-hadapan. Ini bukan tanpa alasan tapi dengan harapan bahwa agar
masyarakatnya senantiasa terbiasa melihat perbedaan. Pada waktu sholat tiba, para
jamaah nampak keluar masuk dengan tertib, dan tak ada satupun konflik yang
timbul diantara mereka.
Tantangan Kemajuan Bangsa
Kita juga menyadari
bahwa ada sebagian kelompok yang memandang pluralisme sebagai sebuah ancaman
atas eksistensi mereka. Hal seperti ini yang seringkali menimbulkan konflik
social pada masyarakat kita. Kontroversi dan perbedaan pendapat adalah hal
biasa, namun jika kita terlalu larut dalam kepuasan batin dan menikmati konflik
perbedaan maka cepat atau lambat kita akan tertinggal dengan oleh negara-negara
lain. Kita sudah terlalu banyak membuang buang waktu, dan ketika sadar kita
sudah berada jauh dibelakang mereka.
Beberapa waktu
lalu ketika menghadiri seminar menulis, saya terkesan dengan sambutan dari
Bapak Dubes Indonesia untuk Kuwait, Drs.Tatang Razak. Beliau menekankan bahwa
Indonesia adalah negara besar yang mempunyai banyak potensi dan tidak kalah
dengan negara-negara lain. Namun selain mempunyai banyak potensi, Indonesia
juga juga mempunyai banyak tantangan. Sudah menjadi rahasia umum, jika dalam
sisi ekonomi beberapa negara akan kehilangan pemasukannya jika kita menjadi
bangsa yang berfikiran terbuka, maju dan bersatu dalam segala hal.
Sangat
disayangkan ketika mengetahui kenyataan bahwa ada segolongan orang yang tak peduli bahkan
tidak bangga dengan beberapa kemajuan yang telah diraih oleh bangsa. Sebagian
kita selalu ribut dan menghabiskan waktu dengan perbedaan serta konflik antar
golongan. Beberapa dari kita mudah terpana dan membiarkan logika berfikir serta
emosinya dipermainkan oleh kabar-kabar burung atau hoax yang beredar di
internet. Sebuah kabar yang sengaja diciptakan oleh oknum-oknum yang tidak
bertanggung jawab yang setiap saat dapat berubah wujud dan menjelma menjadi
apapun sesuai dengan kepuasan dan kebutuhan batin pecandunya. Jika hal itu terus
dilakukan maka menjadi bangsa yang besar dan maju hanyalah sebuah angan-angan,
dan kita akan kembali menjadi bangsa yang tertinggal yang sulit untuk bangkit
kembali.
Didalam era globalisasi,
melawan keberagaman adalah kegiatan yang sia-sia. Perubahan arus informasi menyerbu
begitu cepat datang silih berganti dari berbagai arah. Batas antar negara sudah
tak ada lagi. Kita tak mungkin membiarkan negara kita mengurung diri dan terisolasi,
membatasi diri untuk berinteraksi dengan negara lain hanya karena isu-isu usang
tentang aseng dan asing. Negara yang
besar harus mau belajar dari kemajuan negara lain dan mau membuka dan kerja
sama dengan negara manapun tanpa memandang suku bangsa, agama dan ideologi
bangsa tersebut. Hal postitif seperti ini perlu di dukung oleh masyarakatnya
yang berfikiran terbuka dan selalu semangat dengan tantangan jaman.
Dalam hal
beragama, khususnya sesama umat, sungguh sangat disayangkan jika persamaan
diantara kita yang begitu banyak hanya dibiarkan tertimbun dan tertutup oleh
perbedaan, terlebih jika perbedaan dijadikan alasan untuk bertikai. Tidak ada
masyarakat yang menjadi maju dan bahagia dalam pertikaian. Menggali persamaan
membuat umat dan bangsa menjadi kuat dan disegani, serta dapat melahirkan kemakmuran
diantara sesama. Sementara dengan umat agama lain, kita bisa merangkul mereka
sebagai saudara sebangsa dan setanah air.
Dalam hal
budaya, daripada menentang masuknya budaya-budaya luar, lebih baik memberikan
perhatian lebih pada budaya bangsa, dan mencari cara-cara yang kreatif agar
semakin banyak masyarakat yang tertarik dan peduli pada kelestarian warisan
luhur budaya bangsa.
Dari segi
ekonomi, tak mungkin kita menolak masuknya produk-produk luar, namun semua itu
bisa jadikan sebagai acuan dan pembelajaran untuk berkembang. Yang tak kalah
penting dan perlu digaris bawahi adalah diperlukan kerja keras dalam menggali
ide-ide baru, termasuk juga kemampuan untuk menggali dan mengemas keunikan
local serta keberagaman, menjadi sebuah product yang mampu bersaing di tingkat
global.
Keberagaman
yang ada di negara kita ini merupakan sebuah berkah dan kehendak sang pencipta
untuk kebaikan umat manusia, sehingga melawan keberagaman adalah sama saja
dengan melawan takdir itu sendiri. Mengingkari pluralisme juga berarti
mengingkari fitrah manusia itu sendiri, dimana hakikat lahir dari setiap
manusia adalah mempunyai hak yang sama. Bukankan Tuhan sendiri menciptakan
manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar kita saling bisa belajar,
termasuk belajar bagaimana agar manusia bisa bersatu dalam keberagaman. Tetapi
diperlukan fikiran terbuka dan usaha yang dilakukan secara terus menerus oleh
semua lapisan masyarakat untuk tetap menjaga persatuan dan kemakmuran bangsa. Perbedaan
akan selalu ada dimanapun sampai kapanpun, dan hanya bangsa besar yang masyarakatnya
bersatu yang dapat merangkai perbedaan menjadi suatu kekuatan unik yang akan
mengantarkan bangsa pada jenjang kejayaan.
Salmiya, 02
July 2017
Note:
Kalau dirasa tulisan ini bermanfaat, boleh di copy atau share tapi kasih tau dulu ya :)
Note:
Kalau dirasa tulisan ini bermanfaat, boleh di copy atau share tapi kasih tau dulu ya :)
Comments
Post a Comment